Siapa sih yang tak kenal dengan Sumanto, pria kelahiran Purbalingga, 3 Maret 1972 ini terkenal karena kasus kanibal terhadap seorang nenek - nenek, yang tidak lain dan tidak bukan adalah tetangganya sendiri. Ayahnya, Mulya Wikarta (67 tahun) dan ibunya, Samen (60), tak pernah "bermimpi" anaknya akan tumbuh menjadi seorang kanibal. Saat itu polisi membekuk Sumanto sebagai pencuri mayat wanita tua, dan dinyatakan memakan daging mayat tersebut. Celakanya lagi, sang ayah tidak tau kalu dirinya juga ikut makan bersama anaknya, setelah potongan daging Mbah Rinah dibakar oleh Sumanto.
Peristiwa tersebut mulai terkuak ketika terdengar berita hilangnya mayat seorang nenek berusia 81 tahun yang belum sampai 24 jam dikubur di kuburan Desa Mojotengah, Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Warga setempat geger karena kuburan Mbah Rinah sudah acak-acakan. Mereka lebih dibuat geger lagi ternyata mayat Mbah Rinah sudah raib. Berita tersebut segera menyebar sampai ke desa tetangga. Malahan ada yang membumbuinya dengan hal-hal yang berbau mistis sehingga membuat warga desa menjadi terteror.
Kepada Polisi Sumanto mengaku dirinya sedang memperdalam ilmu di bawah bimbingan seorang ‘guru.’ Dengan memakan mayat badannya akan menjadi kebal, tak terluka oleh goresan senjata, dan mendapat ketenangan batin.Sumanto memotong alat vital Mbah Rinah dan membungkusnya dengan kain merah. Saat ia ditangkap Polisi menemukan bungkusan kain merah itu di saku bajunya. Selanjutnya, ia memotong-motong mayat seperti orang memotong daging ayam. Lantas dipotong-potong sebagian dibakar, dimasak dengan kuali dan sebagian dimakan mentah-mentah. Perilaku miring Sumanto diduga berawal dari pengalaman Sumanto selama merantau ke Lampung. Saat di Lampung itu Sumanto bertemu dengan searang guru spiritual yang bernama Taslim. Taslim mengajarkan bahwa memakan mayat manusia dapat memberikannya kesaktian dan kekayaan. Entah apa yang Sumanto rasakan ketika ia mengunyah daging korban-korbannya. Namun, paling sedikit, empat tubuh telah dilahapnya.
Munir adalah aktivis HAM dan pendiri KontraS dan Imparsial. Ia meninggal pada tanggal 7 Sept 2004 di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 ketika sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pasca-sarjana. Akhirnya pada tanggal Tanggal 19 Juni 2008, Muchdi Pr dijadikan tersangka utama konspirasi pembunuhan Munir. Peristiwa ini membuat kasus Munir mulai terang setelah hampir empat tahun tak jelas kasusnya.
3. Very Idam Heryansyah alias Ryan
Kasusnya terkenal karena pembunuhan berantai. Pembunuhan bukan hanya sekali dan salah satu korbannya di bunuh dengan cara di mutilasi atau dipotong-potong bagian tubuhnya yaitu Heri Santoso. Dari pemberitaan di media massa, tampak adanya kecenderungan Ryan mengidap psikopat, alias sejenis kelainan jiwa. Dan terungkap kalu ia adalah seorang gay (homoseksual) dengan kekasihnya Novel Andrias.
Cemburu, sakit hati, dan ingin mengusai harta, meupakan yang melatarbelakangi kasus pembantaian sadis ini terhadap teman bercintanya Ir. Heri Santoso, 40. Untuk menghilangkan jejak, Ryan memotong tubuh korban menjadi tujuh bagian kemudian dibuang di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan.
4. Tibo cs
Kasus Tibo merupakan kasus mengenai penyelesaian Kerusuhan Poso. Tibo sendiri merupakan salah satu terdakwa dari tiga terdakwa dalam kasus ini. Tiga orang terdakwa dalam kasus ini adalah Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Mereka ditangkap pada Juli dan Agustus 2000. Dan dijatuhi vonis mati pada April 2001 di Pengadilan Negeri Palu, dan ditegaskan kembali dengan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara pada 17 Mei 2001. Pengadilan memutuskan bahwa mereka bersalah atas tuduhan pembunuhan, penganiayaan, dan perusakan di tiga desa di Poso, yakni Desa Sintuwu Lemba, Kayamaya, dan Maengko Baru.
Kasus vonis mati mereka menimbulkan banyak kontroversi sehingga menyebabkan rencana vonis mati mereka tertunda beberapa kali. Namun akhirnya ketiganya dieksekusi mati pada tanggal 22 September 2006 di Palu.
5. Antonius Rio Alex Bulo alias Rio Martil
Pria yang dilahirkan di Sleman, 2 Mei 1978 ini tersandung kasus pembunuhan terhadap 4 orang yang diketahui sebagai pemilik rental mobil yang kemudian mobilnya dicuri oleh Rio. Nama Rio Martil muncul dikarenakan ia membunuh dengan menggunakan martil. Ia divonis mati Pengadilan Negeri Purwokerto pada 14 Mei 2001 yang kemudian dijebloskan ke penjara Nusakambangan. Pada Mei 2005, ia kemudian membunuh koruptor Iwan Zulkarnaen, sementara ia menunggu vonis mati terhadap dirinya. Dan pada tanggal 8 Agustus 2008 akhirnya ia dihukum mati oleh regu tembak dan dimakamkan di Kejajar, Banyumas, Banyumas.