Kisah Nyata Ibu Tiri Kejam di Paris Ini adalah kisah kekejaman yang terjadi terhadap dua anak oleh ayah kandung dan ibu tirinya selama tiga tahun, mereka tinggal di loteng kotor dan dingin.
Ibu tiri yang kejam memang kebanyakan hanya cerita di sinetron ataupun dongeng-dongeng macam Cinderella atau Bawang Merah-Bawang Putih. Namun, tidak menutup kemungkinan ibu tiri macam ini ada juga di dunia nyata.
Seperti halnya sebuah kasus yang terungkap di Paris, Prancis, baru-baru ini. Publik kota cahaya itu dihebohkan dengan kasus kekejaman pada dua anak oleh ayah kandung dan ibu tirinya.
Menurut Telegraph, Senin 22 April 2013, dua bocah berusia 10 dan 12 tahun hidup dalam kondisi mengenaskan di rumah mereka sendiri sejak ayahnya, 39, menikahi wanita 44 tahun yang menjadi ibu tiri mereka. Semua nama dalam kasus ini disamarkan media.
Selama tiga tahun, bocah ini harus tidur di loteng rumah. Beralaskan kasur tipis tanpa seprai di lantai yang dingin. Loteng itu tanpa jendela, listrik, air maupun toilet. Sudah pasti, kondisinya gelap dan dingin.
Sementara, ayah mereka dan sang ibu tiri hidup nyaman di lantai bawah di distrik Pavillon-sous-Bois di Seine-Saint-Denis, utara Paris. Dua anak kandung ibu tiri mereka, berusia tujuh dan 17 tahun, tidur nyaman di kamar yang hangat. Disayang dan dimanjakan.
Menurut kesaksian anak-anak malang ini, mereka diperbolehkan pergi sekolah. Namun ketika pulang ke rumah, mereka dilarang makan bersama anggota keluarga yang lain di meja makan. Bahkan, seringkali mereka tidak diberi makan.
Mereka dikunci di loteng dan kerap jadi korban pemukulan ayahnya dengan sabuk. Ayahnya berubah kejam setelah menikah dengan ibu tiri mereka. Ibu kandung mereka, seorang pemadat, kabur sejak lama.
Tidak tahan, anak tertua akhirnya berhasil kabur pekan lalu dan melapor ke polisi. Dia mengaku tidak sampai hati lagi melihat adiknya dipukuli. Saat polisi menyambangi rumah tersebut, mereka terkejut.
"Sangat kotor sekali. Hanya kasur tipis di lantai yang juga sangat kotor. Bisa dikatakan tempat itu sudah busuk," kata salah seorang polisi. Polisi juga menemukan bekas-bekas kekerasan di tubuh kedua bocah itu, seperti memar dan luka gores.
Saat diinterogasi, ayah dan ibu tirinya berdalih kedua bocah itu adalah anak nakal yang sering merusak barang. Keduanya juga mengatakan bahwa anak-anak itu sering mencuri makanan. Tapi polisi tidak percaya alasan mereka.
"Alasan orang-orang seperti ini selalu sama - mengaku tidak punya pilihan lain. Dalih ini jelas tidak memuaskan," kata sumber kepolisian.
Kedua orangtua durhaka tersebut ditahan dan didakwa atas kekerasan pada anak. Kedua bocah itu sekarang telah hidup di panti asuhan.